Jubah atau gamis merupakan pakaian yang telah lama ada dan menjadi bagian penting dalam sejarah dan budaya Islam. Meski seringkali diasosiasikan dengan agama dan tradisi, jubah sebenarnya telah ada jauh sebelum munculnya Islam. Asal usul, evolusi, dan penyebarannya membentuk sebuah cerita yang menarik dan mengungkap banyak tentang sejarah dan budaya berbagai bangsa.
Artikel ini bertujuan untuk membahas sejarah dan asal-usul jubah muslim, dari akarnya di Timur Tengah hingga bagaimana ia berkembang dan menyebar ke berbagai penjuru dunia.
Dari Mana Jubah Muslim Berasal?
Gamis, atau juga dikenal sebagai jubah dalam beberapa konteks, berasal dari Timur Tengah, khususnya wilayah Arab. Pada zaman pra-Islam, gamis sudah umum dikenakan oleh penduduk setempat sebagai pakaian sehari-hari. Pada dasarnya, gamis adalah pakaian panjang yang menutupi tubuh dari leher hingga kaki, dan biasanya dilengkapi dengan lengan panjang.
Pada saat Islam muncul di abad ke-7, gamis menjadi semakin terintegrasi dalam budaya dan identitas Muslim. Nabi Muhammad SAW diketahui sering mengenakan gamis, dan dalam Hadis, beliau menekankan pentingnya menutup aurat dan menjaga kesopanan, yang dapat diwujudkan dengan mengenakan gamis.
Seiring dengan penyebaran Islam ke berbagai belahan dunia, gamis pun menyebar dan diadaptasi oleh berbagai budaya. Di beberapa negara, seperti Maroko, Iran, dan Turki, gamis berevolusi menjadi berbagai bentuk dan gaya, seperti kaftan dan abaya, sementara di Asia Tenggara, gamis telah diadaptasi menjadi baju kurung dan kebaya.
Saat ini, gamis juga telah mengalami banyak perkembangan dan inovasi, menjadi lebih dari sekadar pakaian, tetapi juga bagian dari identitas dan mode.
Sejarah dan Asal-Usul Jubah Muslim
Pada awalnya, jubah adalah pakaian yang digunakan oleh semua lapisan masyarakat di Jazirah Arab, baik pria maupun wanita, muslim maupun non-muslim. Ciri khas jubah adalah panjang, longgar, dan menutupi seluruh badan, sehingga cocok digunakan di iklim gurun yang panas dan berpasir. Jubah biasanya dipadukan dengan celana panjang dan kemeja, serta penutup kepala seperti turban atau hijab.
Ketika Islam datang di abad ke-7 Masehi, praktik berpakaian ini kemudian diadopsi dan disesuaikan dengan syariat Islam yang menekankan pentingnya menutup aurat. Nabi Muhammad SAW sendiri dikenal sering mengenakan jubah.
Bagi pria, jubah harus menutupi bagian tubuh dari pusar hingga lutut, sedangkan bagi wanita, seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan harus ditutupi.
Seiring dengan penyebaran Islam ke berbagai belahan dunia, jubah muslim pun mulai mengalami adaptasi dan modifikasi sesuai dengan budaya setempat. Misalnya, di Afrika Utara dan Timur Tengah, jubah dikenal dengan nama kaftan dan biasanya berwarna-warni dengan hiasan bordir.
Sementara itu, di Asia Selatan seperti Pakistan dan India, jubah disebut dengan salwar kameez dan biasanya dibuat dari bahan katun atau sutra.
Sampai saat ini, jubah muslim tetap menjadi pilihan utama bagi umat Islam dalam berbagai aktivitas, baik sehari-hari maupun acara khusus seperti sholat dan haji. Seiring dengan perkembangan fashion, jubah pun kini hadir dalam berbagai model dan desain yang modis, tanpa meninggalkan prinsip syariat Islam.
Mengenal lebih jauh tentang sejarah dan asal-usul jubah muslim ini bisa membantu kita lebih menghargai warisan budaya dan tradisi yang telah diwariskan oleh generasi-generasi sebelum kita. Semoga dengan memahami makna dan sejarah di balik jubah, kita bisa lebih menghargai dan memahami nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.